Kebahagiaan Sejati ada di Dalam Diri

”Sari, apakah kamu bahagia?”, tiba-tiba Ganes bertanya di saat mereka sedang duduk santai di toko buku Ganes sambil nonton TV.
”Mengapa kamu bertanya seperti itu? Kamu lagi ada masalah yah? Tapi tampang kamu tidak seperti tampang orang yang bermasalah..hehehehe”, tanya Sari penasaran.

”Maksud loooo... kayak kriminal aja, orang bermasalah. Bukan begitu, hanya saja lucu juga. Banyak buku yang mengajarkan kita tips trik bagaimana mencapai kebahagiaan. Malah membingungkan kita yah”, pikir Ganes.

”Oh, kamu mau ngajak diskusi lagi... boleh! Aku suka kalau kamu lagi mikir kayak gini”, jawab Sari dengan penuh semangat.
”Maksud kamu?”, tanya Ganes.
”Enggak apa-apa... ok, lanjut!!!”, cepat-cepat Sari mengalihkan perhatian Ganes.
”Dasar anak kecil, begini ceritanya...”, Ganes membalas.

Memang kalau Ganes sedang serius, ia lebih kelihatan dewasa. Tetapi kalau mood-nya sedang uring-uringan, ia sering membuat Sari kesal dan pernah sekali hampir menangis. Tetapi Ganes tahu bagaimana menempatkan diri bila emosi Sari sedang tidak baik.

Oleh karena itu Sari suka berteman dengannya, walaupun konyol, tetapi konyol yang serius, Sari berpendapat demikian. Ganespun bingung maksudnya apa karena Sari sendiri juga kadang tidak bisa menjelaskan. Ia sering keceplosan berbicara tanpa tahu maknanya. Dan entah kenapa, Ganes sering mendapat ”wahyu” dari keceplosan Sari untuk melakukan tindakan yang aneh-aneh. Mereka berdua memang anak-anak yang misterius.

”Heiiii... koq bengong?”, teriak Sari.”Tunggu, aku sedang berpikir. Sabar neng!”, gerutu Ganes.”Apa yang membuat kamu bahagia?”, lanjut Ganes.
”Hmmm... apa yah? Wah, sepertinya tidak ada rumusannya tuh. Aku suka sekali makan es krim dan itu membuatku bahagia. Tetapi di lain waktu, sewaktu aku sakit batuk, makan es krim tidak membuatku bahagia, malah aku diomelin Ibu dan aku jadi sedih. Kira-kira menurut kamu sendiri. Apa yang membuat kamu bahagia”, Sari bertanya balik kepada Ganes.

”Itulah jawabannya!!!””Huhhhh!!! Koq bisa? Ganes, kamu ini aneh-aneh aja yah. Ayo dong yang serius, jangan konyol lagi, kan kita sedang diskusi”, Sari mulai kesal.

”Aku serius Sari. Kebahagiaan ada karena kita yang memberi arti atau makna. Berarti pusat kebahagiaan ada di dalam diri kita sendiri, bukan di luar diri kita”.”Jadi orang yang mencari kekayaan, mengejar kekuasaan untuk mencapai kebahagiaan diri itu keliru yah. Maksudnya menggantungkan kebahagiaan diri pada kekayaan dan kekuasaan sama saja dengan membuat rumah pasir di tepi laut.
Mudah hancur. Karena banyak yang menurut mata orang banyak orang tersebut sudah sukses, tetapi ada saja masalah yang menimpanya dan tidak pernah selesai”, Sari menanggapi.

”Gitu deh.... Sari, aku ingat ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa dunia ini sangat cukup untuk semua orang, tetapi tidak akan pernah bisa cukup untuk memenuhi keserakahan satu orang”.”Ganes, coba lihat pengemis itu. Aku sering banget melihat dia menggerutu setiap kali orang memberinya uang. Ia selalu merasa kekurangan dan mengejek orang yang memberinya pelit lah... uangnya jelek lah... Heran!!! Aku sering kesal melihatnya. Syukur-syukur orang udah kasih dia, bukannya bersyukur”.”Hahahaha... persis Sari.

Seperti itulah sifat seorang konglomerat yang serakah.
Ia tidak akan pernah cukup dengan apa yang ia miliki, selalu ingin lebih dan ingin lebih. Sifat pengemis tersebut tidak beda jauh dengan konglomerat tadi. Dan meraka yang pasti tidak pernah bahagia karena selalu merasa kekurangan”.

”Iya, coba kalau mereka selalu beryukur atas apa yang mereka miliki. Mereka masih punya anggota badan yang lengkap, masih bisa berjalan, melihat dan tidak cacat. Itu saja sudah merupakan suatu anugerah. Kalau kita bersyukur, berarti kita memberi arti yang besar terhadap apa yang kita miliki. Dan itu membuat kita bahagia. Bukan begitu Pak Ganes?”.

”Liat tuh iklan di TV, iklan-iklan itu pandai banget menggoda kita, kalau beli produk mereka, kita akan bahagia. Kalau diputar berulang-ulang kali dan kita tonton, yang tadinya kita cuek, kita jadi percaya loh, terus kita beli deh kalau kebetulan lagi di Supermarket... coba deh... hehehehe...””Ember.... Itulah akibat kalau kita gak percaya diri, menganggap apa yang ada di luar diri kita akan membuat kita bahagia. Gitu deh jadinya. Jadi korban mode, gak asyikkkkk banget kan!!!””Iya, apalagi acara-acara di TV itu. Ampun deh, beritanya gak jauh-jauh dari hubungan cewe cowok, kriminal, selingkuhan, dan kawin cerai.

Gak heran sepertinya hidup di negara ini udah gak ada baik-baiknya. Mematikan harapan dan semangat orang dengan gosip-gosip itu. Jauh dari bahagia””Hehehehe... matiin aja deh Sari, ntar kalau film kartun aja kita nyalain lagi”, pinta Ganes.

”Iya deh, lebih menghibur nonton itu”, jawab Sari sambil mengambil remote TV untuk mematikan TV.Tidak terasa hari sudah sore. Sari kembali ke rumah untuk mengerjakan PR-nya dari mata pelajaran favoritenya, yaitu sejarah.
Sedangkan Ganes seperti biasa menjaga kedainya, membaca buku sambil meminum air putih kesukaannya yang membuatnya bahagia.

( Sumber cerita dari http://ganessari.blogspot.com/ )