Mengelola Waktu
Oleh KH Abdullah Gymnastiar


SAUDARAKU yang budiman, jika kita bertanya tentang bagaimana caranya untuk menjadi pribadi unggul?
Maka salah satu kunci utamanya adalah kemampuan menggenggam waktu. Secara syariat, siang dan malam itu terdiri dari 24 jam.
Seberapa besar seorang muslim mampu menggunakan waktu yang telah disediakan oleh Allah tersebut? Sehingga kalau kita termasuk orang yang sangat mengganggap remeh atas berlalunya waktu, tidak merasa kecewa manakala pertambahan waktu tidak menjadi saat bagi peningkatan kemampuan diri, maka berarti kita memang akan sulit menjadi unggul dalam hidup ini.
Langkah awal agar kita mampu menikmati setiap detik hidup ini, adalah dengan menumbuhkan sikap ridha (rela menerima kenyataan). Kebahagiaan dan kesedihan, keuntungan dan kerugian, akan terasa nikmat dengan sikap ridha.
Apalagi ketika kita memasuki tahun yang baru ini, tentuya diperlukan muhasabah diri di tahun yang telah dilalui maupun merencanakan target hidup yang akan dijalani selama satu tahun yag akan datang. Seberapa besar seorang muslim mampu menggunakan waktu yang telah disediakan oleh Allah, tentunya ditentukan dengan kemampuan seorang muslim melakukan percepatan dalam hidup ini? Kita ibaratkan dalam sebuah lomba balap sepeda.
Ketika pistol diletuskan tampaknya orang yang menjadi juara dalam balap sepeda tersebut adalah orang yang dalam detik yang sama bisa mengayuh sepedanya lebih kuat dan lebih cepat daripada yang dilakukan oleh orang lain, sehingga dia akan melesat mendahului pembalap yang lain karena energi yang dipergunakan dan ketetapan gerakannya lebih baik daripada detik yang sama yang dilakukan orang lain.
Artinya, keunggulan itu sangat dekat dengan orang yang paling efektif dalam memanfaatkan waktunya. Islam adalah agama yang paling dominan mengingatkan kita kepada waktu.Allah berkali-kali bersumpah dalam Al Qur’an berkaitan dengan waktu. “Wal ashri (Demi waktu), “Wadhdhuha (Demi waktu dhuha), “ Wallail (Demi waktu malam), “ Wannahar (Demi waktu siang).
Allah pun telah mendisiplinkan kita agar ingat terhadap waktu minimal lima kali dalam sehari semalam : subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Belum lagi tahajud pada sepertiga malam dan shalat dhuha ketika matahari terbit sepenggalahan.
Oleh sebab itu, tampaknya tidaklah perlu bercita-cita yang hebat bagi orang-orang yang mengganggap remeh waktu karena kunci keunggulan seseorang justru terletak pada bagaimana dia mampu memanfaatkan waktu secara lebih baik daripada yang dimanfaatkan oleh orang lain. Waspadalah terhadap waktu!
Setiap waktu yang dilalui harus kita perhitungkan dengan secermat-cermatnya. Harus membuahkan peningkatan kualitas diri. Pendek kata, kita harus berbuat lebih baik daripada yang dilakukan orang lain. Hendaknya kita tidak sekadar bekerja keras, tetapi yang jauh lebih baik adalah bahwa kita harus mampu bekerja keras dan cerdas sekaligus efektif! Untuk menjadi seorang yang efektif dalam mengatur waktu, kita memang harus adil dalam membaginya.
Ada hak untuk belajar, hak membantu orang tua, hak untuk beribadah, hak untuk peningkatan kemampuan diri, hak untuk melakukan evaluasi, hak untuk beristirahat, hak untuk melakukan rekreasi; semua harus dibagi secara adil.
Oleh karena itu jangan salahkan siapapun kalau kita tidak merasakan gemilangnya hidup ini.Hal yang harus kita curigai adalah bagaimana komitmen kita terhadap waktu yang kita jalani ini.
Wallahu a’lam bish showab.**